AISZAKI.com – Pada masa yang lalu pandangan masyarakat tentang bisnis kurang baik. Orang memandang pekerjaan bisnis dengan sebelah mata. Bisnis belum dipandang sebagai profesi yang memberikan harapan, menjanjikan, mulia dan terhormat. Orang-orang terpandang, kelompok intelektual, ahli agama menutup keinginannya terhadap bisnis.
Silakan baca: Pengorganisasian
Akan tetapi saat ini persepsi yang demikian sudah tidak berlaku lagi. Kini, profesi sebagai pengusaha sudah menjadi cita-cita, harapan, sandaran hidup sebagian masyarakat dan sudah dianggap sebagai profesi terhormat serta dambaan banyak orang. Apalagi jika melihat nasib sebagian besar karyawan yang memiliki pendapatan relatif tetap, kehidupannya semakin hari tidak semakin sejahtera. Bahkan tidak sedikit para intelektual dan orang-orang yang semulai menjadi pegawai atau profesi tertemtu pindah profesi atau setidaknya sambil menggeluti bidang usaha.
Pengertian Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan atau entrepreneurship menurut Kasmir (2006:15) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Strategi pertama menjadi seorang entrepreneur adalah melatih diri untuk mencari sebuah ceruk, peluang, kesempatan atau celah kemudian memanfaatkan dan menguasainya (William Heinecke, 2002).
Menurut Suryana, kewirausahaan muncul apabila seorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Triton PB, 2007:132). Banyak literatur mengungkapkan mengenai esensi dari kewirausahaan yaitu menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Secara esensi, jiwa kewirausahaan sesungguhnya ada pada orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan apapun pekerjaan atau profesinya. Para wirausahawan merupakan orang yang selalu melakukan usaha-usaha yang kreatif dan inovatif dengan cara mengembangkan ide, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menciptakan peluang-peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Menurut Zimmerer, nilai tambah yang diciptakan oleh para wirausahawan tersebut dengan cara-cara, sebagai berikut (Triton PB, 2007:132) :
- Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
- Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
- Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services)
- Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources)
Para pakar mengungkapkan hakekat mengenai kewirausahaan dengan sudut pandang yang berbeda-beda (Triton PB, 2007) :
- Menurut Ahmad Sanusi (1994), kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diimplementasikan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
- Soeharto Prawiro (1997) mengatakan kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha.
- Zimmerer (1996) mengungkapkan kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah suatu usaha memenangkan persaingan dengan cara meningkatkan keunggulan dari hasil penciptaan nilai tambah dengan mengkombinasikan sumber daya-sumber daya yang ada melalui sautu cara yang baru dan berbeda dari yang sebelumnya.
Menumbuhkan Minat Berwirausaha
Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa yang kita tawarkan.
Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa serta ketekunan berusaha. Sebab seorang wirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi wirausaha yang berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien, berani menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses. Paradigma berpikir jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) perlu direvisi. Jika paradigma sebelumnya meyakini bahwa meilihat kenyataan baru memiliki impian, paradigma sekarang adalah memiliki impian untuk dijadikan kenyataan. Sekalipun impian itu untuk saat ini masih irasional.
Impian: Irasional menjadi Rasional
Alat-alat yang saat ini sangat kita pergunakan adalah sesuatu yang dahulu merupakan impian beberapa orang yang memiliki tekad sangat kuat dan irasional ketika itu. Contohnya adalah mobil. Dahulu mobil tidak terbayangkan dan hanya khayalan belaka. Dalam bayangan banyak orang, mobil adalah semacam gerobak yang ditarik oleh kuda, anjing, keledai atau hewan lain.
Begitu juga dengan pesawat terbang. Ketika itu bahkan tidak banyak orang yang berani kerkhayal ada besi bisa terbang ke angkasa. Bola lampu adalah sesuatu yang sangat menakjubkan kita nikmati saat ini, padahal ketika itu sang penemu dikatakan sebagai idiot bahkan gila. Peralatan yang dahulu dianggap irasional, saat ini menjadi rasional dan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Membangun Impian
Impian harus dibangun dengan sangat kuat agar tidak mudah tergerus oleh lingkungan yang mungkin sangat tidak mendukung. Demikian disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Cristal Indonesia Manajemen (CIM), Risma Kusumanendra, dalam workshop ”Menciptakan mindset pribadi berjiwa entrepreneur yang berdaya saing“ di Kampus Terpadu, Rabu (12/5) sebagaimana dikutip oleh http://umy.ac.id. Risma mengatakan jika seorang entrepreneur harus menjadikan impian sebagai titik awal agar bisa memiliki harapan dan imajinasi kemudian merealisasikannya menjadi sebuah kenyataan.
Impian yang telah diciptakan harus selalu di jaga. Risma juga menceritakan ketika dulu dia membangun mimpinya dia menulis mimpinya tersebut di salembar kertas lalu menyimpannya di dompet agar bisa di bawa kemana-mana untuk selalu diingat dan diwujudkan. ”Jangan pernah takut dan ragu untuk memulai bermimpi,“ demikian ungkapnya.
Baca juga: Perencanaan dalam Organisasi
Buku: Teori dan Praktek Manajemen, Penulis: Ais Zakiyudin, SE., MM.