Dahulukan Kewajiban Pembayaran Anak mu

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

AISZAKI.com – Pernah mengalami masa-masa tidak mudah dalam mengelola sekolah. Itu di tahun 2013-2014 atau tahun kedua dan ketiga sekolah berdiri. Ketika itu kami cukup berat dalam membiayai biaya operasional sekolah, dari mulai membayar gaji guru, membayar biaya perawatan gedung sekolah, pengadaan buku pelajaran dan lain-lain.

Apa pasalnya?

Silakan baca: SWI Islamic School Sebar 200 Takjil di Jalanan

Salah satu permasalahan pada sekolah adalah tingkat pembayaran iuran yang rendah. Pada masa itu tingkat ketaatan pembayaran hanya sekitar 50 persen. Artinya, hanya 50 persen siswa yang tepat waktu dalam melakukan pembayaran. Hal ini menjadi persoalan tersendiri bagi sekolah, beberapa kewajiban sekolah tertunda yang mengakibatkan rekanan kerjasama mulai mundur teratur.

Beberapa yang tidak menunggak pembayaran merupakan anak teman-teman saya. Mereka menunggak pembayaran antara lima bulan sampai satu tahun. Jika ditagih terkadang galakan dia. Di kirim surat teguran dan sms tidak merespon, bahkan dipanggil untuk musyawarah juga tidak mau datang dengan alasan sibuk. Kami sampai bingung seperti apa maunya.

Seharusnya mereka berfikir, sekolah swasta tidak memiliki sumber pendanaan kecuali dari iuran siswa. Iuran siswa lah ‘nyawa’ bagi sekolah swasta. Mereka mungkin tidak berfikir, keterlambatan dalam membayar bisa berakibat mendzolimi guru yang sudah mengajar dan pihak-pihak lain yang berkaitan.

Dan hal ini benar-benar terjadi. Kami pernah terlambat membayar gaji guru beberapa hari dari tanggal yang seharusnya. Hal ini dikarenakan memang tidak ada sumber lain yang bisa digunakan untuk membiayai operasional sekolah selain mengandalkan penerimaan iuran sekolah.

Apa yang kami lakukan agar para orang tua aware dalam melakukan pembayaran?

Setelah kami mempelajari karakter manusia yang kebanyakan suka menunda-nunda pembayaran iuran sekolah, kami mulai menyusun langkah-langkah baik pendegahan maupun tindakan. Diantaranya adalah kami membuat aturan, hanya siswa yang sudah lunas pembayaran saja yang bisa mengikuti PTS atau PAS. Hal ini kami tempuh karena para orang tua yang abai dalam pembayaran itu bukan karena tidak mampu, tetapi karena mendahulukan urusan lain. Dengan kata lain urusan sekolah dinomorduakan.

Pernah ada, orang tua yang anaknya menunggak iuran sebesar 5 jutaan, sang ayah mengaku tidak membayar iuran karena uangnya terpakai untuk membeli smarphone terbaru. Keterlaluan, dan sampai saat ini masih berhutang, sementara anaknya dipindahkan ke sekolah lain.

Awalnya banyak yang protes dengan adanya kebijakan tersebut. Protes khususnya datang dari teman-teman saya sendiri. Kami tetap jalan dan membuat berbagai peraturan mengenai sistem pembayaran, baik dalam hal pencegahan maupun tindakan.

Alhamdulillah saat ini pembayaran cukup baik. Hanya tinggal beberapa orang tua yang kurang mampu dan memang tidak mau tahu. Saat ini ada beberapa siswa yang tidak membayar spp sejak tahun 2018. Satu orang siswa bisa memiliki tunggakan pembayaran sebesar hampir 12 juta. Yang lain ada yang 9 juta, 8 juta dan 5 jutaan. Biaya daftar ulang, iuran lain apalagi. Sampai-sampai kami bingung, kok bisa anaknya sekolah di sekolah swasta tapi abai dengan urusan iuran anaknya. Itulah manusia.

Baca juga: Mengisi Kuliah Online Matkul Metode Penelitian