Saya, Anak yang Tidak Mau Mondok

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

AISZAKI.com – Kemarin (19/11/19) saya datang ke customer service (CS) sebuah bank BUMN untuk mengurus kartu atm dan buku tabungan milik anak yang hilang di Istanbul.

Rupanya si petugas cs ini masih mengenali saya dengan baik. Beliau masih muda, sekira 30 tahunan.

Silakan baca: Palestina, Negeri yang Terjajah, Siapa yang Membela?

Saat pertama kali ketemu ketika mengantar anak membuka tabungan. Saat itu dia begitu emejing dengan jawaban saya ketika dia menyapa, apa kabar pak? Saya jawab, alhamdulillah sehat sejahtera bahagia.

Kata dia, wow harus selalu bahagia ya pak? Saya bilang bahagia = syukur.

Hari ini disela-sela melayani keperluan saya, kami mengobrol mengenai pendidikan anak. Di akhir dia minta tips agar anak-anaknya dengan sukarela mau dimasukkan ke pondok pesantren. Saya ceritakan sedikit tips yang saya tahu. Dari mulai nonton video mengenai kehidupan di pondok, lagu-lagu tentang pesantren dan cerita-cerita dari orang tua mengenai kehidupan yang mengasyikkan di pesantren.

Baca: Penggalangan Dana untuk Cinta dan Solidaritas Palestina

Anak yang pertama malah langsung ‘jatuh hati’ ketika pertama kali survey ke sebuah pesantren di Bogor. Sejak survey ke pesantren tersebut, anak tidak mau survey lagi karena sudah merasa cocok. Ya sudah walau pun jarak rumah ke pesantren 4 jam perjalanan tanpa macet. Jika macet bisa 6 jam an.

Alhamdulillah, saat ini sudah tiga anakku yang mondok. Anak pertama 6 tahun mondok yang sekarang kuliah di Turki, anak kedua sudah hampir 4 tahun dan anak ketiga sudah hampir 1 tahun. Anak keempat yang masih kelas 3 sekolah dasar sudah tidak sabaran pengen mondok juga.

Hal ini sangat saya syukuri, mengingat beberapa teman yang ‘gagal’ memasukkan anak ke pesantren karena beberapa faktor.

Oya, saya sendiri termasuk anak yang gagal dipondokin loh 😁

Baca juga: Pengorganisasian