Menghadiri Acara Indonesia

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

Oleh: Hafshah Mar’atu Shaliha

AISZAKI.comBismillah, ini lanjutan cerita menghadiri acara Indonesia yang diinisiasi oleh PPI di Bursa hari Ahad (20/10/19).

Jadi, awalnya kami ingin mengunjungi museum panorama 1326, tetapi karena ketika kami datang museumnya tutup, maka kami berkunjung ke Yeşil Cami yang dibangun oleh Hacı ivaz paşa. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke makam Sultan Mehmet I, kakeknya Sultan Al-fatih (Mehmet II).

Makam Sultan Mehmed I

Catatan Hafshah dari Turki: Menghadiri Acara PPI di Bursa

Apa yang membuat para orang tua memilih sekolah?

Setelah itu kami menuju ke Ulucami untuk shalat zuhur dan ashar. Perjalanan kami lanjutkan ke Bursa kebapçisi, tophane meydani 1956 untuk menikmati makanan khas Bursa ini, namanya İskender kebapçisi. Harga iskender ini sekitar 35 TL, memakannya juga kalau bisa jangan sendiri, karena ini banyak guys. Setelah itu kami bertolak ke gedung dimana acara PPI diselenggarakan.

Di Turki sendiri setiap daerah memiliki pengurus PPI. PPI İstanbul atau PPI Bursa belakangan aku tahu kalau PPI İstanbul ini jarang melakukan kegiatan dikarenakan kesibukan para mahasiswa di sini.

Maklum, kota besar tentu berbeda tingkat kesibukannya. Lagipula ketika jalan-jalan di İstanbul, bahkan kuliah pun, kami akan jarang bertemu orang İndonesia. Kota İstanbul ini besar sekali kawan. Kalau commuter line di Indonesia mencakup Jabodetabek, di Turki ini beda lagi ceritanya. Kereta listrik di İstanbul ini hanya istanbul saja. Maka dari itu bertahan hidup di İstanbul ini akan lebih berat dibanding di kota lain. Persaingan bertaraf internasional di İstanbul ini juga yang menjadi nilai plus bagi mahasiswa İstanbul. Nah kan jadi cerita İstanbul, aku sudah jatuh cinta sama İstanbul.

Di Indonesia tidak pernah ketemu, malah ketemu di Turki

Sebagaimana pameran pada umumnya, Endonezya bir günün (hari Indonesia) ini ajang menampilkan kebudayaan Indonesia. Ada deskripsi tentang angklung, wayang dan lain sebagainya. Kami juga disuguhkan makanan khas Indonesia. Setelah itu, studio dibuka dan kami masuk ke dalamnya. Seperti studio bioskop, hanya saja ini lebih diperuntukkan bagi pertunjukkan.

Acaranya seperti acara di Indonesia, dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan menyanyikan lagu Indonesia raya, kemudian sambutan-sambutan. Yang membedakan hanya lagu kebangsaan Turki ikut dinyanyikan (karena memang sedang di Turki) dan pembawa acaranya berbahasa Turki. Maklum yang ikut pameran ini bukan hanya orang Indonesia😂.

Yaah jadi kami sebagai anak yang baru belajar bahasa Turki hanya bisa sedikit saja memahami. Di sana aku juga berkenalan dengan orang Turki, namanya Rüveyda kami sampai bertukar nomor wa (karena akun instagamnya keblok).

Aku juga berkenalan dengan orang Khazakstan, dia juga seperti aku masih belajar Tömer, pastinya tukeran Instagram dong (maklum sksd ku sulit dihilangkan. Sekian cerita dariku. İstanbul 1 kasım 2019

Baca juga: Yuuk kepoin sekolah pembibit wirausaha dan penghafal Al-Qur’an