Dimanakah Nuranimu Wahai Anak Bangsa?

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

AISZAKI.com – Seminggu terakhir hati kita tercabik oleh kabar bentrok antara aparat dengan mahasiswa dan kabar pembantaian saudara kita di Wamena.

Apa yang menjadikan para orang tua memilih sebuah sekolah?

Menurut undang-undang, demontrasi merupakan sesuatu yang dibolehkan dalam negara demokrasi. Jika ada yang menunggangi, memprovokasi dan kemudian berbuat anarkis merusak sarana umum dan mengancam jiwa aparat, maka seharusnya ini yang diusut tuntas.

Berikan hukuman yang sesuai undang-undang yang berlaku bagi provokator dan perusuh. Bukan malah ‘dibantai’ beramai-ramai oleh aparat penegak hukum. Miris kita mendengan ada mahasiwa yang terpisah dari rombongan, setelah dicari ternyata sudah tergeletak dengan luka disekujur tubuh dan tengkorak kepalanya pecah. Mereka tangan kosong, kenapa harus dipukul, ditendang dan dihajar beramai-ramai.

Memang tidak semua aparat bertindak diluar kewajaran sebagai layaknya manusia yang punya hati nurani. Ini hanya oknum. Akan tetapi, sebagai institusi negara seharusnya bertindak cepat dan terukur untuk menghindari hal yang sama berulang. Aparat penegak hukum seharusnya berlaku sebagai pengayom rakyatnya, bukan seperti algojo yang siap mengenyahkan musuh.

Sebagai sesama anak bangsa saya sangat mengutuk aparat yang bertindak semena-mena kepada mahasiswa yang sudah tidak berdaya. Saya juga mengutuk para provokator yang dengan sengaja menunggangi demonstrasi agar menjadi rusuh dan ricuh.

Sementara, dibelahan bumi yang lain ada saudara-saudara kita meregang nyawa dibacok, dikampak dan dibakar hidup-hidup oleh sekelompok manusia bar-bar di Wamena. Anehnya, dibilang sekelompok kok begitu sporadis membakar seluruh fasilitas umum yang ada di sana, termasuk kantor pemda tidak luput dari aksi pembakaran. Hanya kantor polisi dan markas tentara yang luput. Artinya, mereka melakukan hal itu dengan terencana dan dengan jumlah masa yang sangat besar. Hati ini perih mendengar berita kaum pendatang dari padang, makasar dan jawa dibantai tak berdaya di tanah orang.

Jika sudah begitu, hati ini bertanya, dimana hati nurani mu wahai manusia? Apakah karena agama, kamu rela berbuat kejam dengan sesama? Apakah karena beda kepentingan, kamu hilangkan rasa perikemanusiaan? Apakah karena perbedaan cara pandang, kamu rela melepas hati nuranimu? Apakah karena amarah, rela membuatmu menjadi budak nafsu angkara murka?

Rasa kemanusiaan tidak pandang suku, agama, ras, golongan dan warna kulit. Ketika ada penodaan atas nilai-nilai kemanusiaan, hati ini merintih dan menangis. Dan kami mengutuk siapa pun yang menodai nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

Semoga Allah SWT selalu menuntun kita kejalan dan zaman yang lebih baik lagi. Amiin.

Baca juga: Yuuk kita kepoin sekolah pembibit wirausaha sejak usia dini