Menuntaskan Reformasi, Selanjutnya Apa?

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

AISZAKI.com – Renungan saya hari ini (25/9/19). Saya memohon maaf, tulisan ini tidak bermaksud mengecilkan upaya yang dilakukan mahasiswa saat ini. Tulisan ini hanya sebagai pengingat dan bahan renungan kita semua, itu pun jika kita mau merenung dan berfikir.

Saya merupakan salah satu pelaku sejarah demonstrasi besar-besaran yang berhasil menumbangkan rezim pada bulan Mei 1998. Yah walaupun cuma bagian remah-remahnya aja sih. Saya cuma beberapa kali ikut demonstrasi bersama teman-teman kampus dan tidak sampai menginap di gedung DPR/MPR.

Ketika peristiwa reformasi bergulir pada tahun 1998, kami para mahasiswa dan sebagian besar rakyat Indonesia ketika itu berharap banyak adanya perubahan yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yuuk kita kepoin sekolah pembibit wirausaha sejak usia dini

Tema besar yang diusung ketika itu adalah ganyang KKN yakni korupsi, kolusi dan nepotisme. Ketiak itu wabah KKN begitu menggurita dan melemahkan sendiri-sendiri kehidupan bermasyarakat. Jurang si kaya dan si miskin semakin lebar. Hukum tumpul ke atas sedangkan ke atas begitu tajam.

Dua kali ganti rezim tetap saja, rakyat banyak belum sejahtera. Rezim orde lama dan rezim orde baru terbukti gagal mensejahterakan rakyatnya.

Rakyat butuh perubahan yang hakiki, baik dalam tataran ide atau gagasan maupun dalam pengelolaan negara yang lebih mendasarkan pada kepentingan rakyat dan bukan hanya untuk segelintir elit.

Akan tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. 21 tahun sudah berlalu sejak reformasi. Apa yang sekarang terjadi? KKN berkurang? Rakyat semakin sejahtera?

Justru rakyat berkeyakinan, KKN semakin menjadi-jadi. Kesejahteraa hanya angan. Para mahasiswa yang dahulu menjadi aktifis kini sedang menikmati kursi empuk tidak lagi bersuara lantang menegakkan keadilan.

Para pejabat dan wakil rakyat yang dahulunya adalah mahasiswa yang menggebu-gebu ingin menumbangkan rezim, kini malah masuk ke dalam lingkaran kekuasaan dan tidak mampu membangun perubahan yang lebih baik dalam pengelolaan negara, bahkan cenderung diam dan hanya memainkan retorika politik.

Saat ini para mahasiswa melakukan demo besar-besaran di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ide besarnya adalah menuntaskan reformasi.

Pertanyaannya, reformasi mau dituntaskan seperti apa? Pada kenyataannya pada reformasi 1998 mahasiswa memang mampu menumbangkan Soeharto yang telah berkuasan 30 tahun lebih. Akan tetapi apa yang didapat? Perubahan apa yang dihasilkan?

Rezim berganti, zaman berganti tetapi tetap saja negeri ini akan tetap dikelola oleh orang-orang kerdil, berfikir kerdil, ide kerdil, gagasan kerdil dan visi misi yang kerdil pula.

Saya cukup skeptis dengan kondisi masyarakat yang tidak pernah mau mengambil pelajaran atas kejadian di masa lalu. Berkali-kali pemilu digelar, tetapi apa yang dihasilkan? Tetap saja pemenang pemilunya adalah partai yang sumbangan jumlah koruptornya paling tinggi.

Puluhan kali pemilu pun hasilnya tetap sama, yaitu MENGHASILKAN PEMIMPIN-PEMIMPIN KERDIL.

Euforia dan harapan terhadap perubahan itu oke, tetapi selanjutnya apa?

Baca juga: Kenapa memilih SDIT Wirausaha Indonesia?