Tahun 2014 adalah masa ‘keterpurukan’ lembaga pendidikan ini. Semoga ini adalah titik nadhir roda kehidupan yang menghinggapi lembaga pendidikan dibawah naungan Yayasan Sekolah Wirausaha Indonesia, yang pada tahun-tahun berikutnya tidak akan ada lagi penurunan melainkan maju melesat ke arah yang lebih baik.
Bagaimana tidak, lembaga ini mendalami beberapa persoalan yang amat berat ketika itu, yaitu: Pertama, keluarnya 19 siswa yang beberapa diantaranya adalah anak sahabat saya. Hal ini membuat saya teramat sedih, walau tidak menyalahkan. Kedua, pengurus masjid melarang aktifitas siswa untuk shalat dhuha, shalat dhuhur di masjid dan pembelajaran Al-Qur’an. Aneh juga sih, ibadah kok dilarang, persis ormas yang ono yang hoby nya melarang-larang ibadah hanya gara-gara beda kelompok.
Ketiga, cibiran dari lingkungan sekitar karena gedung sekolah yang tidak kunjung dibangun, bahkan muncul anjuran yang isinya larangan untuk bersekolah di lembaga ini karena pemiliknya dianggap tidak mampu membangun gedung sekolah. “Nggak punya duit kok bikin sekolah”, begitu kira-kira isi nyinyirannya. Ini juga bikin terenyuh. Ya Alloh.
Persoalan ini membuat saya cukup membuat air mata saya meleleh jatuh, terutama untuk persoalan yang kedua. Bagaimana tidak, keberadaan masjid salah satu sebabnya adalah karena ada campur tangan saya pribadi selaku pencari donatur dari timur tengah. Termasuk lokasi masjid ini pun saya yang mengusulkan, dengan catatan kami akan meminjam masjid untuk kegiatan ibadah anak sebelum kami memiliki fasilitas gedung sekolah yang memadai. Dan hal ini sudah saya uraikan dengan terang benderang kepada para pengurus Rt, Rw dan panitia pembangunan masjid. Maka disepakati lokasi pembangunan masjid persis berada di depan SDIT Wirausaha Indonesia yang sebelumnya memiliki lokasi yang sempit dan nyempil.
Salahs satu hal yang membuat saya sedih adalah, pada saat anak-anak sedang shalat dhuha diusir-usir oleh orang ini. Pernah juga suatu ketika ada acara pertemuan orang tua pada hari sabtu di masjid, seorang pemimpin lingkungan (bukan pengurus masjid) dengan sengaja menggulung karpet yang sedang diduduki oleh kepala sekolah dan beberapa orang tua siswa. Allohu Akbar, sedihhh, sampai segitunya.
Tapi hal itu lah justru yang membuat saya berpasrah diri hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Saya berharap dengan kepasrahan saya yang total itu akan membuat Allah SWT segera menurunkan pertolonganNya untuk memulai pembangunan gedung sekolah idaman ini.
Alhamdulillah pada pertengahan tahun 2015 kami memulai pembangunan. Awal dimulai pembangunan adalah pembuatan tembok keliling dengan pondasi siap tingkat. Proyek pertama diperkirakan memakan biaya sekitar 60 jutaan, padahal saya hanya memiliki dana tunai sekitar 15 jutaan. Masih jauh dari total biaya yang dibutuhkan.
Tapi mau bagaimana lagi, pembangunan harus segera dimulai. Apalagi pagar sebelah barat juga sudah hampir roboh, sangat jelek dipandang mata. Seperti gedung sekolah yang tidak terurus dan hal ini akan menambah senang para nyinyirun.
Alhamdulillah, pembangunan dimulai bulan Juni 2015, selesai bulan September 2015 dan total menghabis dana sekitar 85 jutaan. Inilah pembangunan tahap pertama dari total tujuh tahap pembangunan sampai selesai. Kelak pembangunan gedung selesai bulan Oktober 2018, bertepatan dengan pelaksanan akreditasi yang menghasilkan nilai A atau Unggul.