Kenapa Sekolah Wirausaha Sejak Dini?

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

Apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi saya mendirikan sekolah wirausaha yang diperuntukkan bagi anak-anak?

Baca juga: Apa yang membuat para orang tua memilih sekolah?

Sejak tahun 2009 saya mengajar matkul Entrepreneurship di sebuah perguruan tinggi swasta. Setiap semester saya berupaya melahirkan wirausaha baru yang bahan bakunya adalah mahasiswa.

Caranya adalah, utk mendapatkan nilai ujian akhir semester (UAS), mahasiswa harus membuat usaha kelompok. Mahasiswa dalam hal ini ‘dipaksa’ untuk memiliki usaha. Jika tidak membuat usaha, otomatis tidak mendapatkan nilai UAS. Ngeri-ngeri sedap dong.

Dari usaha ini ada mahasiswa yang serius menggarap usahanya setelah tugas selesai bahkan setelah lulus. Ini prosentasenya sangat sedikit, cuma sekitar 1-2% dari total mahasiswa di kelas saya. Sedangkan yang 98-99% tidak meneruskan usahanya setelah tugas selesai, apalagi setelah lulus. Mahasiswa jenis terakhir ini membuat usaha hanya sekedar gugur kewajiban untuk mendapatkan nilai dan tidak berminat menekuni dunia bisnis.

Dari sana saya mengambil kesimpulan: membangun jiwa wirausaha tidak bisa instan, harus dimulai sejak dini, seperti menanamkan benih-benih keimanan dalam hatinya.

Nah terkait dengan pendidikan kewirausahaan untuk anak-anak, tidak sedikit calon orang tua murid yang menanyakan, di sekolah wirausaha ini apakah anak-anak akan diajari berdagang?

Saya sering menjelaskan bahwa ada perbedaan mengajarkan kewirausahaan untuk orang dewasa dan mengajarkan kewirausahaan untuk anak-anak.

Untuk orang dewasa, kewirausahaan diajarkan bagaimana cara berdagang yang secara cepat dapat menghasilkan keuntungan.

Sedangkan untuk anak, titik beratnya adalah bagaimana agar anak bisa mandiri, kreatif dan inovatif. Mengajarkan wirausaha utk anak tidak selalu identik dg berdagang.

Bagi dunia anak, berdagang itu urusan nomor 35 karena mudah dipelajari ilmunya. Yang terpenting adalah bagaimana agar anak-anak terbiasa kreatif, yang dengan kreatifitasnya itu mampu menghasilkan suatu benda yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

Kreatif dan inovatif merupakan nyawa dalam membangun usaha kedepannya. Kreatif dan inovatif lan yang mempu merubah suatu barang yang tadinya tidak atau kurang bermanfaat menjadi sangat bermanfaat dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Suatu benda ketika belum tersentuh tangan kreatif mungkin nilainya hanya sekitar 50 ribu, akan tetapi ketika sudah tersentuh tangan-tangan kreatif akan bernilai jutaan.

Ketika kita kreatif, ditambah ilmu berdagang, maka keuntungan akan datang dengan sendirinya dan belipat ganda.