Berhentilah Memanjakan Anak

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

Suatu ketika, kami kedatangan beberapa orang tua murid yang mengaku perwakilan dari beberapa orang tua murid lainnya. Mereka protes berjamaah.

Anak kreatif
Anak kreatif

Apa pasal?

Ternyata anak-anaknya ngambek dan menangis, karena tidak mendapatkan piala lomba agustusan yang diselenggarakan oleh sekolah. Padahal semua siswa sudah mendapatkan snack dan minum yang dibungkus rapi layaknya hadiah ulang tahun.

Tapi masih tetap meminta piala seperti temannya yang juara lomba. Mereka mengusulkan: bagaimana kalau sekolah membuatkan piala untuk seluruh siswa, kami siap membayar ongkos pembuatan piala tersebut.

Akhirnya, dengan bijak saya katakan kepada orang tua:

  • Memangnya kenapa kalau anak-anak kita menangis hanya gara-gara keinginannya tidak terpenuhi?
  • Bukankah sangat baik mendidik kepada anak-anak kita bahwa, tidak semua keinginannya tercapai dengan sangat mudah?
  • Segala sesuatu harus diperoleh dengan susah payah dan perjuangan yang tidak ringan
  • Lebih baik anak menangis sekarang, daripada menangis setelah dewasa karena mengalami kegagalan hidup yang disebabkan oleh kebiasaan orang tua memanjakan anak-anaknya dari waktu ke waktu.

Sesungguhnya, dengan memanjakannya, kita sudah merampas masa depan anak-anak kita.

Biarlah anak-anak kita bisa menikmati susah payah dalam mendapatkan apa yang diinginkannya. Sekali waktu biarkan anak-anak kita hanya menonton temannya jajan.

Yang terpenting adalah, ketika dewasa kelak, anak-anak kita menjadi orang sukses yang bertanggung jawab. Dia paham kewajiban sosial atas lingkungan di sekitarnya.