Nggak Ngoyo dalam Mencari Rezeki?

Bagikan Tulisan ini
Email this to someone
email
Share on Facebook
Facebook
Tweet about this on Twitter
Twitter
Print this page
Print

Saya pernah datang ke tukang cukur rambut. Tentu saja niatnya mau potong rambut saya yang sudah mulai memanjang.

Sesampainya di sana apa yang saya dapatkan? Kios tukang cukur sudah dibuka, sebagai tanda sang empunya usaha sudah siap menerima konsumen pertamanya di hari itu.

Tetapi apa yang terjadi?

Setelah mengucap salam, saya langsung menyapa,
“Mas mau potong rambut”. “Nanti ya pak” ujar si mas nya tanpa menoleh ke arah saya sambil asyik main hape. Saya bingung, ada konsumen kok tidak segera dilayani dengan baik, malah dicuekin. Weleh-weleh.

Setelah menunggu sekitar 10 menitan, ada temannya yang datang dan rupanya partner dia di kios tersebut. Dia dengan sopan menyapa, menanyakan keperluan dan segera melayani saya dengan baik, sopan dan sepertinya sudah paham bagaimana melayani konsumennya dengan baik.

Teman, agar usaha kita mendapatkan sambutan dari masyarakat dan konsumen kita, sudah sewajarnya kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyenangkan dan membahagiakan setiap konsumen yang datang. Caranya adalah dengan melayaninya sesuai dengan standar pelayanan usaha kita dan tentunya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Bukan malah mencueki calon konsumen.

Barangkali maksud si tukang cukur rambut ini adalah berniat untuk ‘tidak ngoyo’ dalam mencari rizki.

Tidak ngoyo dalam mencari rizki memang sudah seharusnya dalam pengertian kita meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan rizki sesuai takaran walaupun kita tidak harus ngoyo dan mati-matian dalam menjemput rizki.

Akan tetapi, tidak ngoyo itu bukan berarti ditunjukkan dengan perilaku di depan konsumen yang sudah datang.

Tidak ngoyo itu bukanlah perilaku malas atau cuek, tetapi sikap dalam hati yang bersamaan dengak sikap tawakkal yang meyakini bahwa urusan kita pasti dijamin oleh Allah SWT, manusia hanya berikhtiar dengan amal yang terbaik.

Seharusnya, kita tidak salah kaprah dalam menerapkan sikap tidak ngoyo dalam mencari rizki yang halal. Bisa-bisa konsumen yang menjadi jalan rizki kita akan kabur dan kapok untuk datang, seperti saya misalnya.

Sampai saat ini saya malas untuk datang ke tempat semula, apalagi yang bersangkutan masih kerja di sana. Lebih baik saya potong rambut di tempat lain yang memang sangat menginginkan datangnya konsumen.